EXPO 2012 ONLINE | KEPAHIANG - Sebuah pernyataan yang sangat spektakuler. Saat ini tengah menggema di Kabupaten Kepahiang. Sengonisasi yang menjadi bagian dari program SILUNA (Sengon, Imo, Luak, dan Naga) disebut-sebut mampu menjawab tantangan kedepan. Bahkan, dikatakan, akan muncul milyarder-milyarder dari pedesaan nantinya. Sosok Drs. H. Bando Amin C. Kader MM, selaku Bupati berkeyakinan penuh. Dan jika berhasil, hal ini akan menjadi catatan sejarah dalam kebangkitan ekonomi dan layak menjadi barometer bagi Indonesia nantinya?
Melangkah menyongsong masa depan dengan pasti. Memperbaiki setiap program untuk mencapai daerah yang madani. Kabupaten Kepahiang sudah memutuskan arah, jaminan sebuah kesejahteraan bagi setiap lapisan masyarakatnya dimasa akan datang.
IKUTT (Ikan, Kebun , Tanaman Pangan Holtikultura dan Ternak) adalah program besar untuk memperbaiki system ekonomi masyarakat yang selama ini mayoritas berpenghasilan tahunan. Karena sebagian besar masyarakatnya sangat betergantungan dari satu sektor yakni kopi.
Lima tahun proses perjalanan IKUTT boleh dikatakan cukup sukses. Sebagian dari masyarakat yang berfokus dalam mengimplementasikan program ini telah menikmati hasilnya. Secara ekonomi, jika sebelumnya Kabupaten Kepahiang pernah dikenal mengalami krisis pangan hingga terpaksa mengkonsumsi gadung (sejenis umbi-umbian hutan, red), saat ini hal itu tidak terdengar lagi.
Sebagaimana dikatakan Drs. H. Bando Amin C. Kader, MM, Bupati Kabupaten Kepahiang kepada EXPO 2012 belum lama ini, perbaikan dari berbagai sektor, itu yang di lakukan Kabupaten Kepahiang selama ini. Dimulai dari sarana prasarana pendukung, hingga fasilitas kantor. serta dibarengi dengan program IKUTT untuk perbaikan sektor ekonomi.
Menurut Bando Amin, sebagai Bupati terpilih dua periode, masa lima tahun pertama kepemimpinannya, Kepahiang telah melakukan persiapan. Saat ini, sarana prasarana pendukung telah siap dan Kepahiang telah menentukan langkah.
Untuk menyempurnakan program IKUTT, Kepahiang saat ini telah membuat skala prioritas pembangunan. Yakni; SILUNA (Sengon, Imo, Luak, dan Naga). Program yang dapat menjamin kesejahteraan bagi setiap lapisan masyakat. Bahkan dapat lebih dari itu. Karena sangat diyakini jika berhasil dan dapat diterapkan secara maksimal oleh masyarakat, maka akan mampu merubah kondisi perekonomian secara signifikan.
SILUNA, saat ini tengah menjadi pembicaraan publik. Tidak hanya di kabupaten Kepahiang, perhatian telah merambat hingga keberbagai kabupaten di dalam wilayah provinsi Bengkulu. Bando Amin, sebagai pencetus ide, menjadi sorotan banyak pihak. Ada yang masih berpikir pesimis dan tidak sedikit pula yang optimis dan merasa mampu melihat titik terang yang ingin diperlihatkan oleh sosok pemimpin yang terkenal pemberani ini.
SILUNA adalah selebritis baru di Bengkulu, ia mencuat dan mendapat rating tinggi perhatian publik. Namun tidak banyak yang tahu, apa itu SILUNA beserta latar-belakangnya, dan bagaimana para ahli dan kritikus melihat program ini. Lalu apa pula yang membuat sang Bando Amin berani mencetuskan ide besar berserta komponen dan garansinya.
“Want To Be Richt? Well Raise Sengon! Work Less With Much Money” atau Mau Kaya? Ya.. Tanam Sengon! Kerja Sedikit Uang Banyak. Sebuah kata yang telah dipilih oleh Drs. H. Bando Amin C. Kader, MM, untuk programnya.
Dikatakannya juga, perlu adanya semacam trobosan pasti dalam mengatasi problema ekonomi. SILUNA adalah jawabannya. Program ini sebenarnya hanyalah bentuk inovasi dari system pertanian yang telah digeluti masyarakat setempat sebelumnya.
Program Sengonisasi Kabupaten Kepahiang merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh Bando Amin dengan harapan akan mampu merubah kondisi perekonomian secara signifikan. Lima tahun kedepan, akan muncul milyarder-milyader dari berbagai pedesaan yang masyarakatnya membudidayakan Sengon atau bagian lain dari program SILUNA.
Bando Amin sendiri, dibesarkan dari sebuah pedesaan perbatasan antara Provinsi Bengkulu dengan Sumatera Selatan. Ia dibesarkan di desa Kembang Seri/Muara Langkap. Dimana situasi kondisi perekonomian pada zamannya, mayoritas penduduknya tergolong sulit dan hanya mengandalkan pertanian kopi dengan system tradisional. Penghasilan lain, yakni adanya tumpang sari Merica/lada, kemiri. Rata-rata rentang waktu masa panen tergolong lama. Yakni 1 tahun sekali.
Dengan begitu, masa-sama sebelum panen oleh masyarakat setempat disebut paceklik. Menghadapi paceklik, masyarakat mencari untuk menutupi kebutuhan hidup dengan cara kerja serabutan. Bisa dengan cara mencari ikan disungai, seperti memancing, menjala, hingga menyelam dengan menggunakan tombak khusus. Bahkan terkadang menggunakan tuba/putas (sejenis racun).
“Kehidupan yang susah itulah membuat saya nekat merantau,” ujar Bando Amin suatu ketika tentang proses pejalanan hidupnya.
Latar belakang dalam zona kehidupan yang sudah itu pulalah menjadi inspirasi Bando Amin menyusun sebuah program kerjanya sebagai Bupati Kabupaten Kepahiang dalam mencari formula keluar dari persoalan krisis eknonomi di tengah masyarakat di daerah yang ia pimpin ini. Dan menjadi kaya.
Sebagaimana dikatakan Zamzami, SE, selaku Humas Protokoler Pemda Kepahiang, bahwa Bando Amin mengerti benar kondisi perekonomian di daerah ini. Karena ia dibesarkan di sini. Mulai dari factor-faktor persoalan hingga dilema yang dihadapai masyarakat. Karena ia bagian dari itu.
Untuk itu, lanjut Zamzami, dinilai perlu adanya semacam trobosan pasti dalam mengatasi problema ekonomi tersebut. SILUNA adalah jawabannya. Program ini sebenarnya hanyalah bentuk inovasi dari system pertanian yang telah digeluti masyarakat setempat sebelumnya.
“Kopi tetap bisa terus di budidaya. Untuk meningkatkan nilai jual kopi, maka ada program Luak atau Kopi Luak. Saat ini, harga kopi tersebut sangat tinggi,” ujar Zamzami.
Konsep SILUNA, lanjut Zamzami, akan berjalan dengan maksimal apabila ada sinergitas yang kuat antara pemerintah, universitas, dan masyarakat seperti konsep triple helix. Karena tujuan dari konsep ini adalah memberikan peluang bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan Agro-based Industry. Alasannya karena investasi yang terbaik adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu pemberdayaan masyarakat adalah harga mati dari konsep ini.
Dengan konsep system inovasi daerah diharapkan akan terbangun Kabupaten Kepahiang yang mandiri, maju, dan unggul. Dimana dengan telah dibentuknya skala prioritas program pembangunan seperti SILUNA. (RED)
Melangkah menyongsong masa depan dengan pasti. Memperbaiki setiap program untuk mencapai daerah yang madani. Kabupaten Kepahiang sudah memutuskan arah, jaminan sebuah kesejahteraan bagi setiap lapisan masyarakatnya dimasa akan datang.
IKUTT (Ikan, Kebun , Tanaman Pangan Holtikultura dan Ternak) adalah program besar untuk memperbaiki system ekonomi masyarakat yang selama ini mayoritas berpenghasilan tahunan. Karena sebagian besar masyarakatnya sangat betergantungan dari satu sektor yakni kopi.
Lima tahun proses perjalanan IKUTT boleh dikatakan cukup sukses. Sebagian dari masyarakat yang berfokus dalam mengimplementasikan program ini telah menikmati hasilnya. Secara ekonomi, jika sebelumnya Kabupaten Kepahiang pernah dikenal mengalami krisis pangan hingga terpaksa mengkonsumsi gadung (sejenis umbi-umbian hutan, red), saat ini hal itu tidak terdengar lagi.
Sebagaimana dikatakan Drs. H. Bando Amin C. Kader, MM, Bupati Kabupaten Kepahiang kepada EXPO 2012 belum lama ini, perbaikan dari berbagai sektor, itu yang di lakukan Kabupaten Kepahiang selama ini. Dimulai dari sarana prasarana pendukung, hingga fasilitas kantor. serta dibarengi dengan program IKUTT untuk perbaikan sektor ekonomi.
Menurut Bando Amin, sebagai Bupati terpilih dua periode, masa lima tahun pertama kepemimpinannya, Kepahiang telah melakukan persiapan. Saat ini, sarana prasarana pendukung telah siap dan Kepahiang telah menentukan langkah.
Untuk menyempurnakan program IKUTT, Kepahiang saat ini telah membuat skala prioritas pembangunan. Yakni; SILUNA (Sengon, Imo, Luak, dan Naga). Program yang dapat menjamin kesejahteraan bagi setiap lapisan masyakat. Bahkan dapat lebih dari itu. Karena sangat diyakini jika berhasil dan dapat diterapkan secara maksimal oleh masyarakat, maka akan mampu merubah kondisi perekonomian secara signifikan.
SILUNA, saat ini tengah menjadi pembicaraan publik. Tidak hanya di kabupaten Kepahiang, perhatian telah merambat hingga keberbagai kabupaten di dalam wilayah provinsi Bengkulu. Bando Amin, sebagai pencetus ide, menjadi sorotan banyak pihak. Ada yang masih berpikir pesimis dan tidak sedikit pula yang optimis dan merasa mampu melihat titik terang yang ingin diperlihatkan oleh sosok pemimpin yang terkenal pemberani ini.
SILUNA adalah selebritis baru di Bengkulu, ia mencuat dan mendapat rating tinggi perhatian publik. Namun tidak banyak yang tahu, apa itu SILUNA beserta latar-belakangnya, dan bagaimana para ahli dan kritikus melihat program ini. Lalu apa pula yang membuat sang Bando Amin berani mencetuskan ide besar berserta komponen dan garansinya.
“Want To Be Richt? Well Raise Sengon! Work Less With Much Money” atau Mau Kaya? Ya.. Tanam Sengon! Kerja Sedikit Uang Banyak. Sebuah kata yang telah dipilih oleh Drs. H. Bando Amin C. Kader, MM, untuk programnya.
Dikatakannya juga, perlu adanya semacam trobosan pasti dalam mengatasi problema ekonomi. SILUNA adalah jawabannya. Program ini sebenarnya hanyalah bentuk inovasi dari system pertanian yang telah digeluti masyarakat setempat sebelumnya.
Program Sengonisasi Kabupaten Kepahiang merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh Bando Amin dengan harapan akan mampu merubah kondisi perekonomian secara signifikan. Lima tahun kedepan, akan muncul milyarder-milyader dari berbagai pedesaan yang masyarakatnya membudidayakan Sengon atau bagian lain dari program SILUNA.
Bando Amin sendiri, dibesarkan dari sebuah pedesaan perbatasan antara Provinsi Bengkulu dengan Sumatera Selatan. Ia dibesarkan di desa Kembang Seri/Muara Langkap. Dimana situasi kondisi perekonomian pada zamannya, mayoritas penduduknya tergolong sulit dan hanya mengandalkan pertanian kopi dengan system tradisional. Penghasilan lain, yakni adanya tumpang sari Merica/lada, kemiri. Rata-rata rentang waktu masa panen tergolong lama. Yakni 1 tahun sekali.
Dengan begitu, masa-sama sebelum panen oleh masyarakat setempat disebut paceklik. Menghadapi paceklik, masyarakat mencari untuk menutupi kebutuhan hidup dengan cara kerja serabutan. Bisa dengan cara mencari ikan disungai, seperti memancing, menjala, hingga menyelam dengan menggunakan tombak khusus. Bahkan terkadang menggunakan tuba/putas (sejenis racun).
“Kehidupan yang susah itulah membuat saya nekat merantau,” ujar Bando Amin suatu ketika tentang proses pejalanan hidupnya.
Latar belakang dalam zona kehidupan yang sudah itu pulalah menjadi inspirasi Bando Amin menyusun sebuah program kerjanya sebagai Bupati Kabupaten Kepahiang dalam mencari formula keluar dari persoalan krisis eknonomi di tengah masyarakat di daerah yang ia pimpin ini. Dan menjadi kaya.
Sebagaimana dikatakan Zamzami, SE, selaku Humas Protokoler Pemda Kepahiang, bahwa Bando Amin mengerti benar kondisi perekonomian di daerah ini. Karena ia dibesarkan di sini. Mulai dari factor-faktor persoalan hingga dilema yang dihadapai masyarakat. Karena ia bagian dari itu.
Untuk itu, lanjut Zamzami, dinilai perlu adanya semacam trobosan pasti dalam mengatasi problema ekonomi tersebut. SILUNA adalah jawabannya. Program ini sebenarnya hanyalah bentuk inovasi dari system pertanian yang telah digeluti masyarakat setempat sebelumnya.
“Kopi tetap bisa terus di budidaya. Untuk meningkatkan nilai jual kopi, maka ada program Luak atau Kopi Luak. Saat ini, harga kopi tersebut sangat tinggi,” ujar Zamzami.
Konsep SILUNA, lanjut Zamzami, akan berjalan dengan maksimal apabila ada sinergitas yang kuat antara pemerintah, universitas, dan masyarakat seperti konsep triple helix. Karena tujuan dari konsep ini adalah memberikan peluang bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan Agro-based Industry. Alasannya karena investasi yang terbaik adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu pemberdayaan masyarakat adalah harga mati dari konsep ini.
Dengan konsep system inovasi daerah diharapkan akan terbangun Kabupaten Kepahiang yang mandiri, maju, dan unggul. Dimana dengan telah dibentuknya skala prioritas program pembangunan seperti SILUNA. (RED)
Komentar
Posting Komentar