Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret 12, 2013

Boedi Ismanto,SA: “Aku Berpuisi Ingin Menjadi Manusia”

Seperti pagi seperti senja seperti kita lalu tiada... Sepenggal kalimat yang yang ditulis penyair asal Kota Tegal yang terakhir bermukim di Yogyakarta, Boedi Ismanto SA (54), rasa-rasanya bagai sebuah tetenger (tanda). Karena setelah dia tulis di akun facebook, saat menunggu giliran membaca, tidak lama duduk dengan penyair Hamzah Muhammad. Berselang dua puluh menit, dengan tatap mata letih dia terjatuh dari kursi tempat duduknya dan berpulang untuk selamanya. Pukul 23.00, Minggu (10/3) malam, di ruang Adipura Kota Tegal, di saat acara tengah berlangsung. Sekitar dua puluh menit sebelum kepergiannya, Boedi memang mengatakan kepada M Enthieh Mudakir yang duduk di depannya. Dia di belakang tempat duduknya meminta rokok kretek tuton kepada Enthieh Mudakir. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, dia sempat menyampaikan kepada Enthieh. Terus saja mencipta puisi, membacakannya dan agar menjadikan diri manusia. ’’Aku akan terus mencipta puisi, sampai kapan pun. Bila perlu, di akhirat

PERESMIAN WARUNG SENIMAN DKT WARNAI BENDERA PARPOL

Peresmian Warung Seniman di halaman Gedung Dewan Kesetian Kota Tegal (DKT), Jawa Tengah, yang semula akan menjadi tempat berkumpulnya para seniman untuk berdiskusi, saat peresmiannya diwarnai dengan salah satu parpol. “Seniman mahluk bebas dari polusi partai, kok kenapa menjadi ajang kampanye. Ini sudah berupa tendensius pada sebentuk uang. Kalau tidak mana mungkin diwarnai dengan warna partai,” kata Slamet Bramanti ketua komite sastra kepada Nurngudiono mantan ketua DKT periode yang lalu. Padahal warung seniman tempat seniman lintas daerah yang mestinya bersih dari pengaruh salah satu partai apa pun. Ketua Dewan Kesetian Kota Tegal, Nurhidayat Poso, saat sambutan peresmian Warung Seniman DKT, Sabtu (9/3) siang itu mengatakan bahwa warung seniman diharapkan bisa merupakan wacana klanggenan para pelaku seni di Tegal dan sekitarnya. Hadir pada kesempatan itu para seniman dan budayawan, tokoh-tokoh partai, dan masyarakat umum yang memang diundangnya. “Karena kebiasaan para seniman berdi