Langsung ke konten utama

Kisah Pencari Emas Lebong

Penambang Emas sedang mengolah hasil tambang
Lubang Kacamata Kabupaten Lebong


EXPO2012 ---- Emas, benda itu memang luar biasa. Mampu membuat mata dan hati terasa berbeda. Logam mulai yang senantiasa di damba, khususnya kaum hawa. Perhiasan yang mampu memberi nilai lebih bagi pemakainya. Prestise tentu saja akan naik karenanya.

Lalu siapa pula warga Indonesia yang tidak pernah mendengar Tugu Monumen Nasional atau di biasa disebut Monas. Tugu yang berdiri gagah dan kokoh itu menjulang tinggi seolah hendak merengkuh angkasa dengan puncaknya. Disana, juga terpatri berkilogram lapisan emas menguning dan berkilau ketika diterpa sinar matahari.

Dan di provinsi Bengkulu, khususnya, Emas akan serta merta mengingatkan kita pada sebuah daerah yang baru saja di mekarkan dari Kabupaten Induk Rejang Lebong pada 2002 lalu. Yah... Kabupaten Lebong nan elok, di kelilingi hutan dan memiliki berbagai kandungan kekayaaan alam. Bahkan daerah itu juga pernah dikenal sebagai lumbung padi.

Disana pula emas yang berada di puncak tugu Monas serta menjadi kebanggaan penduduk Indonesia berasal. Ini pula yang menjadi alasan penjajah pada masa lalu untuk mendekam lebih lama di daerah yang kaya akan hasil tambang itu. Berkilo-kilo emas dan seolah tidak pernah ada habisnya dikeluarkan dari perut bumi Lebong.

Lebong memang penghasil emas yang berlimpah. Dan begitu juga sekarang, tetap memberikan emas bagi penduduknya di sana. Namun, sistem dan cara untuk mendapatkan emas disana, oleh penduduk setempat dilakukan secara tradisional. Perhiasan emas yang senantiasa selalu memberikan kebanggan tersendiri bagi pemakainya dan tentunya bernilai tinggi itu, memang banyak di hasilkan dari daerah tersebut.

Tapi tidak banyak yang tahu, bagai mana perhiasan nan mahal itu bermula. Bagaimana hingga dari serbuk-serbuk halus yang menyatu dengan bebatuan didalam perut bumi itu diperoleh lalu diolah? Gampangkah? Jelas tidak. Itu pula alasan kenapa harga emas itu tinggi.

‘Cari Emas sama dengan Cari Setan’, begitulah bunyi semboyan ‘anak tambang’ demikian penduduk setempat menyebut para pencari emas di Kabupaten Lebong, khususnya di lokasi pertambangan tradisional Desa Lebong Tambang Kecamatan Lebong Utara.

Jelaslah sudah, dari bunyi semboyan itu saja kita bisa menganalogikan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh penambang emas ini bukanlah pekerjaan yang ringan. Selain berhadapan dan merasakan langsung bagaimana pengapnya berada didalam lubang sempit yang kedalamannya minimal 50 meter diperut bumi, kepastian untuk mendapatkan jalur emas pun tidak dapat bisa diharapkan seratus persen.

“Masih perlu perjuangan dan keberuntungan,” ujar salah satu anak tambang setempat kepada EXPO belum lama ini.

Mencari emas bukan perkara mudah. Untuk mencarinya, pekerja tambang tradisional ini harus mencari serat-serat emas terlebih dahulu di dalam lubang. Bila diyakini jalur serat-serat emas itu memiliki banyak kandungan emasnya, pencari emas pun baru memulai pekerjaannya dengan diawali pengeboran manual untuk membuat lobang mengikuti jalur serat emas tersebut.

Mengingat, yang dibor secara tradisional itu bebatuan, berarti pencari emas ini membutuhkan waktu yang cukup lama sampai menemui serat-serat emas yang diyakini memiliki banyak kandungan emasnya.

“Bisa memakan waktu berhari-hari,” timpal anak tambang yang lain.

Apabila pencari emas tradisional ini mendapatkan bongkahan yang mengandung banyak serat emasnya, bongkahan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam karung berukuran 1 kaleng beras, untuk dibawa pulang dan diolah dengan menggunakan “glundungan” untuk mendapatkan buliran emas.

Lebong! Memang merupakan daerah potensial penghasil emas terbesar tempo dulu sejak zaman penjajahan Kolonial Belanda hingga kini walaupun dilakukan secara tradisional. Bagi sebagian besar masyarakat di kecamatan Lebong Utara khususnya desa Lebong Tambang, pekerjaan penambangan emas merupakan pekerjaan utama dalam kehidupan mereka sehari-hari, sedangkan bertani merupakan pekerjaan sampingan.

Kendati harga emas dipasaran sangat tinggi, bukan berarti serta merta kehidupan ekonomi anak tambang berada pada tarap yang membahagiakan. Terkadang malah sangat sederhana. Hasil yang diperoleh dari pekerjaan penambangan emas ini dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Mereka melakukan penambangan secara konvensional secara turun temurun.

Emas yang dicari oleh pencari emas ini sendiri didasari oleh urat-urat emas yang menyatu bersama kwarsa. Lobang yang digalipun mengikuti jalur urat tersebut. Alasan ini menjadi dasar bagi pekerja tambang emas, karena menurut sebagian pekerja mengatakan banyaknya batu kwarsa yang ditemukan merupakan pertanda bahwa ditempat tersebut banyak kandungan emas. Selain itu, tanda-tanda bahwa di tempat tersebut terdapat emas sering ditandai dengan adanya batu salur/mensen merah.

Menurut Ujang, salah seorang pekerja tambaaang emas tradisional setempat, di Lebong Tambang, sebenarnya terdapat tujuh buah lobang penggalian dengan kedalaman maksimum sampai 250 meter. Namun yang masih aktif dilakukan pencarian hanya ada tiga lobang. Diantaranya lobang bekas sisa pembuangan kegiatan penambangan masa Kolonial Belanda, Lobang Kacamata dan lobang dalam di daerah Saringan.

Jumlah penambang yang ada di daerah itu tidak tetap, hal ini dipengaruhi oleh naik atau turunnya harga emas di pasaran. Apabila harga emas tinggi, maka jumlah penambang juga akan bertambah karena masyarakat dari luar daerah ikut melakukan penambangan, sebaliknya jika harga emas turun, maka jumlah penambang akan berkurang.

Selain sistem penambangan yang tradisional, proses pengolahannya masih dilakukan secara manual dengan alat yang biasa disebut gelundungan seadanya. Bahan baku emas yang masih bercampur dengan bebatuan dicampur dengan air raksa yang berfungsi untuk menangkap molekul atau buliran emas.

Cara kerja untuk mendapatkan emas diawali dengan cara menumbuk batu-batu kwarsa yang telah dibawa dari lokasi tambang kerumah. Batu yang sudah ditumbuk itu membentuk butiran kecil. Butiran batu itu kemudian dimasukkan ke dalam glundungan yang dicampur dengan air raksa selama 24 jam. Setelah selesai dalam waktu tersebut, sebagian ada yang menambahkan butiran batu, dan ada pula yang langsung menyaringnya. Melalui proses penyaringan inilah molekul emas dan perak akan terpisah dari butiran batu halus.

Dikatakan Ujang, saat ini jumlah penambang yang ada saat ini berkisar berjumlah 40 (empat puluh) orang dengan alat pengolah glundung sebanyak 65 buah. Lokasi pengolahan ini ada yang dekat tambang dan ada juga di lokasi rumah tempat tinggal.

“Saya menjadi anak tambang dimulai sejak masih kecil,” ujar laki-laki kelahiran 12 Agustus 1958 ini mengenang.

Katanya, sejak dibangku kelas empat Sekolah Dasar ia sudah terbiasa ikut orang tuanya menambang menggali bongkahan batu mencari serat-serat emas di Lobang Goa Kacamata. Di usia dini seperti ini seharusnya dia berada dibangku sekolah. Namun karena tuntutan ekonomi, dirinya memutuskan berhenti sekolah dan ikut orang tuanya masuk lobang begulaat dengan maut untuk mencari serat-serat emas. Selama ikut orang tuanya, biasanya paling cepat satu minggu sekali dia keluar dan menghirup udara segar.

Dikisahkan, selama di dalam lobang, udara sangat pengap. Untuk bisa bertahan selama berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan, dirinya harus menyiapkan blower untuk pernapasan. Peralatan kerjapun disiapkan seadanya seperti paku, palu, senter dan kayu. Biaya modal awal pun lumayan besar yang terkadang tidak sebanding dengan penghasilan dikala harga emas turun.

“Pahit getir selama menjadi pekerja tambang telah saya rasakan sejak kecil. Soal hasil itu tergantung nasib, bila sedang sial bisa berbulan-bulan tidak menghasilkan. Inilah mengapa saya katakan mencari emas itu sama dengan mencari setan” imbuhnya mengakhiri.(RED)


by: RUSMIADI

EXPO | LOKASI POTENSI TAMBANG DI LEBONG

Lokasi :Ulu Ketenong
Tahap Penyelidikan :Rinci
Cadangan :Terukur 260.000 ton
Kadar :Au=0.8-2,4 gr/ton
Keterangan : Pernah di tambang belanda th 1910-1940 tipe vein

Lokasi :Lebong Donok
Tahap Penyelidikan :Rinci
Cadangan :Terukur 2,243,000 ton
Kadar :Au=0,73-13,83 gr/ton
Keterangan : Pernah di tambang Belanda th 1899-1941

Lokasi :Tambang Sawah
Tahap Penyelidikan :Rinci
Cadangan :Terukur 2,243,000 ton
Kadar :Au=0,03-30,31 gr/ton
Keterangan : Tipe vein pernah di tambang belanda th 1923-1031 survey kanwil DPE Prov Bengkulu 1998/1999

Lokasi :Lebong Simpang
Tahap Penyelidikan :Rinci
Cadangan :Sumberdaya Terukur
Keterangan : Pernah di tambang Belanda th 1925-1940

Lokasi :Lebong Sulit
Tahap Penyelidikan :Rinci
Cadangan :Sumberdaya Terukur 513,000
Kadar :Au=3,8g/t
Keterangan : Pernah di Tambang Belanda th 1903-1918

Lokasi :Lebong Tambang
Tahap Penyelidikan :Rinci
Cadangan :Sumberdaya terukur
Kadar :Au=0,36-36 gr/ton
Keterangan : Direktorat SDM Bandung 1985

Lokasi :Air Plantan dekat muara Aman
Tahap Penyelidikan :Prospeksi
Cadangan :Tereka
Keterangan : Direktorat SDM bandung 1985

Lokasi :Gunung Seblat
Tahap Penyelidikan :Survey Tinjau
Cadangan :Indikasi
Keterangan : Direktorat SDM Bandung 1993

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Cepat Puaskan Wanita Hingga Orgasme Dalam 10 Menit

Cara Cepat Puaskan Wanita Hingga Orgasme Dalam 10 Menit :: Dalam urusan bercinta, kaum Adam hendaknya tidak egois. Dimana hanya menjadikan wanita atau istri sebagai subjek untuk memuaskan hasrat birahi semata. Sebaiknya, para pria peduli untuk memuaskan pasangannya dalam berhubungan intim. Kepuasan yang dapat dicapai bersama, jelas akan memberi efek positif terhadap keberlangsungan hubungan anda kedepan. Tidak hanya itu, ketika anda para pria menghantar sang wanita mencapai titik klimaknya, ada kepuasan tersendiri yang di dapat. Erangan kecil pasangan anda saat orgasme akan menjadikan anda sebagai lelaki sejati dihadapannya.  Persoalannya, apakah kaum pria tahu langkah-langkah yang di butuhkan agar sang wanita sampai ke langit ketujuh hanya dengan merangsang G Spotnya? Dan mampukah bertahan untuk tidak ejakulasi hingga wanita mencapai puncak kenikmatannya. Hal ini jelas menjadi pokok penting dalam hubungan seksual. Karena, jika sang wanita dapat mencapai titik orgasme lebih

Tips seks Jepang : Seni bercinta ala Geisha

sexy_geisha_by_amywestern Mungkin sebagian besar dari kita sudah tahu tentang Geisha. Pesona wanita Jepang yang identik dengan penghibur ini, dapat dikatakan menyedot perhatian dunia. Apalagi bagi para lelaki, memikirnya saja sudah membuat darah bergejolak kencang. Pada jamana dulu Geisha di Jepang merupakan wanita yang dilatih memberikan hiburan serba bisa baik dari segi menyanyi, menari, maupun bermain musik. Tidak hanya itu, wanita yang terkenal lemah gemulai itu juga terlatih dan memiliki keahlian untuk melayani pria di ranjang, wow... Salah satu keahlian mereka tentu saja teknik oral seks yang bisa membuat para pria menjadi pusing tujuh keliling. Ingin tahu bagaimana teknik para geisha melayani 'pertempuran' para Samurai? Ternyata para geisha yang biasa berlutut ini memiliki teknik oral seks yang bisa membuat para Samurai era tahun 1900-an 'bertekuk lutut'. Ck.. ck.. Dalam buku The Japanese Art of Sex: How to Tease, Seduce & Pleasure the Samurai in Yo

Cara Mengetahui Bahasa Tubuh Wanita Saat Ingin Bercinta

Bahasa Tubuh Wanita Saat Ingin Bercinta Artikel ini adalah bagian dari Cara Mengetahui Sinyal Seks Wanita.   Ketertutupan wanita tentang gairah bercintanya, memang membuat Pria harus meraba-raba untuk mengetahuinya. Pada saat keinginan memuncak pun, wanita masih berupaya untuk tidak mengungkapkannya. Sehingga, Pria tidak begitu tahu persis, kapan harus melangkah lebih jauh. Kendati kita tidak bisa membaca pikiran wanita dan mengetahui kapan dia ingin bercinta, Pria yang bertugas menjadi inisiator harus pintar-pintar membaca situasi dan kondisi. Agar dapat bertindak sigap ketika signal seksual itu ada. Cara mengetahui sinyal seks wanita, salah satunya dapat diketahui dari  Bahasa Tubuh Wanita Saat Ingin Bercinta.  Memang, mulut wanita bisa berkata tidak, akan tetapi secara psikologis, gerakan tubuhnya tidak bisa berbohong. Keinginan bercinta yang tersembunyi jauh di lubuk hati terdalam, akan tercermin melalui bahasa tubuhnya secara nyata. Kontak mata : Bahasa Tubuh Wanita Sa