EXPO 2012 ONLINE | Jakarta | Indonesia dan China yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri masing-masing Marty Natalegawa dan Yang Jiechi membahas isu regional dan global yang menjadi kepentingan bersama kedua negara tersebut di Jakarta, Jumat.
Sebagaimana dilansir kantor berita ANTARA, Kedua Menteri Luar Negeri (Menlu) yang hadir dalam rangka Pertemuan ke-2 Komisi Bersama bagi Kerja sama Bilateral (JCBC) itu menekankan pentingnya menjajaki peluang-peluang baru untuk semakin memperdalam dan memperluas kerja sama sekaligus meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat yang lebih tinggi.
"Pagi, siang, petang hari ini kami telah membahas banyak permasalahan baik itu yang menyangkut kerja sama bilateral maupun isu-isu regional hingga isu-isu global," kata Marty saat pernyataan pers bersama di Gedung Pancasila.
Kedua belah pihak menegaskan kembali komitmen mereka untuk terus menjunjung prinsip saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas teritorial kedua negara.
Pihak Indonesia menekankan kembali posisi Indonesia yang mendukung "Kebijakan Satu China" dan mendukung proses reunifikasi China secara damai. Sedangkan pihak China menyampaikan penghargaan atas posisi Indonesia dan menegaskan dukungan penuh dan penghormatan China atas persatuan nasional, integritas teritorial, dan kedaulatan Indonesia.
Kedua menteri luar negeri juga menegaskan kembali komitmen untuk mencapai target perdagangan bilateral sebesar 80 miliar dolar AS pada 2015 sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pemimpin kedua negara tersebut.
Terkait kerja sama regional dan internasional, pertemuan itu mendiskusikan kerja sama dalam kerangka ASEAN dan isu-isu terkait, APEC, Semenanjung Korea, perkembangan di Timur Tengah, Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Bali Democracy Forum (BDF).
"Tujuan utama kunjungan kami ini adalah untuk mempromosikan kemitraan strategis dengan Indonesia dan juga dengan ASEAN," ujar Menlu RRC Yang Jiechi.
China menegaskan kembali dukungannya terhadap integrasi ASEAN dan berkomitmen untuk bekerja sama dengan ASEAN bagi penguatan kemitraan strategis dan meningkatkan kerja sama di Asia Timur.
Indonesia dan China juga sepakat untuk memelihara perdamaian dan stabilitas di Laut China selatan, dan bekerja atas dasar konsensus, bagi diadopsinya suatu kode etik atau `code of conduct` di wilayah tersebut.
Perkuat Kerjasama Maritim:
Pada kesempatan tersebut, mengutif berita satu, dikatakan, isu maritim bisa menjadi sumber kerjasama dan ikatan yang memperkuat satu sama lainIndonesia dan China sepakat membentuk Komite Kerjasama Maritim yang akan merealisasikan dan memajukan kerjasama maritim antara kedua negara.
Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, mengatakan kedua negara sudah menyepakati kerjasama maritim melalui pembentukan komite tersebut yang akan dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri dari kedua belah pihak.
“Isu maritim bisa menjadi sumber kerjasama dan ikatan yang memperkuat satu sama lain,” ujar Marty, sesudah menerima rekannya Menteri Luar Negeri China, Yang Jiechi, di kantor Kementerian Luar Negeri, hari ini.
“Kami ingin melihat bahwa Komite Kerjasama Maritim bilateral ini bisa mengadakan pertemuannya sesegera mungkin untuk bisa membuat kemajuan dalam kerjasama maritime,” ujar Yang, dalam konferensi pers bersama Marty setelah keduanya memimpin delegasi masing-masing dalam pertemuan Komisi Bersama Kerjasama Bilateral China-Indonesia yang kedua.
Komisi Bersama ini membahas juga serangkaian bentuk kerjasama di bidang lain seperti di bidang ketahanan pangan dan energi, antariksa dan pertahanan keamanan, serta penguatan hubungan antar masyarakat dalam bidang pendidikan, pariwisata, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan dan penelitian ilmiah dua satwa langka yang berasal dari masing-masing negara yaitu Komodo dan Panda.
Dalam pertemuan itu, Indonesia kembali menyatakan posisinya mengenai kebijakan satu China dan mendukung proses reunifikasi China secara damai dan sebaliknya, China menyampaikan penghormatannya terhadap persatuan nasional, integritas territorial dan kedaulatan Indonesia.
“Kami sama-sama menilai bahwa hubungan China dan Indonesia berada dalam tahap pembangunan yang cepat. Saya menekankan kepada Menlu Indonesia bahwa China menempatkan kepentingan yang besar dalam kerjasama strategis kami dengan Indonesia dan China ingin terus bekerja sama dengan Indonesia untuk perdagangan dan pembangunan yang cepat dan berimbang dalam konteks Kawasan Bebas Perdagangan China-ASEAN,” ujar Yang.
Sementara itu, Tirta Mursitama, kepala Pusat Studi Bisnis dan Diplomasi, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara, mengatakan perdagangan ekspor dan impor Indonesia ke China mengalami defisit, yang terlihat melalui banyaknya produk China mulai dari buah-buahan, produk manufaktur industri elektronik, alat perkakas rumah tangga, hingga souvenir.
Hal itu disebut sebagai dampak nyata dari Kawasan Bebas Perdagangan China-ASEAN dan dalam konteks ini pemerintah seharusnya Indonesia dapat menggunakan kekuatan politik untuk kepentingan ekonomi.
“Hubungan politik bilateral dalam kondisi yang baik dimanfaatkan untuk secara konkrit memetik manfaat yang lebih luas di bidang investasi dan perdagangan, contohnya adalah bagaimana caranya menurunkan defisit perdagangan Indonesia China,” ujar Tirta.
Laporan Biro Pusat Statistik bulan lalu menunjukkan tahun ini barang-barang impor non minyak dan gas bumi terbesar selama bulan Januari hingga Mei 2012 ditempati China dengan nilai 11,89 miliar dollar Amerika Serikat, dengan pangsa pasar sebesar 19,29 persen. | ANT/Ismira Lutfia/ Ayyi Achmad Hidayah |
Komentar
Posting Komentar