Perlu adanya semacam trobosan pasti dalam mengatasi problema ekonomi. SILUNA adalah jawabannya. Program ini sebenarnya hanyalah bentuk inovasi dari system pertanian yang telah digeluti masyarakat setempat sebelumnya.
Program Sengonisasi Kabupaten Kepahiang merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh Bando Amin dengan harapan akan mampu merubah kondisi perekonomian secara signifikan. Lima tahun kedepan, akan muncul milyarder-milyader dari berbagai pedesaan yang masyarakatnya membudidayakan Sengon atau bagian lain dari program SILUNA.
Bando Amin sendiri, dibesarkan dari sebuah pedesaan perbatasan antara Provinsi Bengkulu dengan Sumatera Selatan. Ia dibesarkan di desa Kembang Seri/Muara Langkap
Dimana situasi kondisi perekonomian pada zamannya, mayoritas penduduknya tergolong sulit dan hanya mengandalkan pertanian kopi dengan system tradisional. Penghasilan lain, yakni adanya tumpang sari Merica/lada, kemiri. Rata-rata rentang waktu masa panen tergolong lama. Yakni 1 tahun sekali.
Dengan begitu, masa-sama sebelum panen oleh masyarakat setempat disebut paceklik. Menghadapi paceklik, masyarakat mencari untuk menutupi kebutuhan hidup dengan cara kerja serabutan. Bisa dengan cara mencari ikan disungai, seperti memancing, menjala, hingga menyelam dengan menggunakan tombak khusus. Bahkan terkadang menggunakan tuba/putas (sejenis racun).
“Kehidupan yang susah itulah membuat saya nekat merantau,” ujar Bando Amin suatu ketika tentang proses pejalanan hidupnya.
Latar belakang dalam zona kehidupan yang sudah itu pulalah menjadi inspirasi Bando Amin menyusun sebuah program kerjanya sebagai Bupati Kabupaten Kepahiang dalam mencari formula keluar dari persoalan krisis eknonomi di tengah masyarakat di daerah yang ia pimpin ini. Dan menjadi kaya.
Sebagaimana dikatakan Zamzami, SE, selaku Humas Protokoler Pemda Kepahiang, bahwa Bando Amin mengerti benar kondisi perekonomian di daerah ini. Karena ia dibesarkan di sini. Mulai dari factor-faktor persoalan hingga dilema yang dihadapai masyarakat. Karena ia bagian dari itu.
Program Sengonisasi Kabupaten Kepahiang merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh Bando Amin dengan harapan akan mampu merubah kondisi perekonomian secara signifikan. Lima tahun kedepan, akan muncul milyarder-milyader dari berbagai pedesaan yang masyarakatnya membudidayakan Sengon atau bagian lain dari program SILUNA.
Bando Amin sendiri, dibesarkan dari sebuah pedesaan perbatasan antara Provinsi Bengkulu dengan Sumatera Selatan. Ia dibesarkan di desa Kembang Seri/Muara Langkap
Dimana situasi kondisi perekonomian pada zamannya, mayoritas penduduknya tergolong sulit dan hanya mengandalkan pertanian kopi dengan system tradisional. Penghasilan lain, yakni adanya tumpang sari Merica/lada, kemiri. Rata-rata rentang waktu masa panen tergolong lama. Yakni 1 tahun sekali.
Dengan begitu, masa-sama sebelum panen oleh masyarakat setempat disebut paceklik. Menghadapi paceklik, masyarakat mencari untuk menutupi kebutuhan hidup dengan cara kerja serabutan. Bisa dengan cara mencari ikan disungai, seperti memancing, menjala, hingga menyelam dengan menggunakan tombak khusus. Bahkan terkadang menggunakan tuba/putas (sejenis racun).
“Kehidupan yang susah itulah membuat saya nekat merantau,” ujar Bando Amin suatu ketika tentang proses pejalanan hidupnya.
Latar belakang dalam zona kehidupan yang sudah itu pulalah menjadi inspirasi Bando Amin menyusun sebuah program kerjanya sebagai Bupati Kabupaten Kepahiang dalam mencari formula keluar dari persoalan krisis eknonomi di tengah masyarakat di daerah yang ia pimpin ini. Dan menjadi kaya.
Sebagaimana dikatakan Zamzami, SE, selaku Humas Protokoler Pemda Kepahiang, bahwa Bando Amin mengerti benar kondisi perekonomian di daerah ini. Karena ia dibesarkan di sini. Mulai dari factor-faktor persoalan hingga dilema yang dihadapai masyarakat. Karena ia bagian dari itu.
Untuk itu, lanjut Zamzami, dinilai perlu adanya semacam trobosan pasti dalam mengatasi problema ekonomi tersebut. SILUNA adalah jawabannya. Program ini sebenarnya hanyalah bentuk inovasi dari system pertanian yang telah digeluti masyarakat setempat sebelumnya.
“Kopi tetap bisa terus di budidaya. Untuk meningkatkan nilai jual kopi, maka ada program Luak atau Kopi Luak. Saat ini, harga kopi tersebut sangat tinggi,” ujar Zamzami.
Konsep SILUNA, lanjut Zamzami, akan berjalan dengan maksimal apabila ada sinergitas yang kuat antara pemerintah, universitas, dan masyarakat seperti konsep triple helix. Karena tujuan dari konsep ini adalah memberikan peluang bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan Agro-based Industry. Alasannya karena investasi yang terbaik adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu pemberdayaan masyarakat adalah harga mati dari konsep ini.
“Kopi tetap bisa terus di budidaya. Untuk meningkatkan nilai jual kopi, maka ada program Luak atau Kopi Luak. Saat ini, harga kopi tersebut sangat tinggi,” ujar Zamzami.
Konsep SILUNA, lanjut Zamzami, akan berjalan dengan maksimal apabila ada sinergitas yang kuat antara pemerintah, universitas, dan masyarakat seperti konsep triple helix. Karena tujuan dari konsep ini adalah memberikan peluang bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan Agro-based Industry. Alasannya karena investasi yang terbaik adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu pemberdayaan masyarakat adalah harga mati dari konsep ini.
Dengan konsep system inovasi daerah diharapkan akan terbangun Kabupaten Kepahiang yang mandiri, maju, dan unggul. Dimana dengan telah dibentuknya skala prioritas program pembangunan seperti SILUNA.(RED)
Komentar
Posting Komentar