kenapa wajahmu berkabut, sayang
bukankah secangkir kopi telah dicumbu
singkong rebus pun tersaji di imaji
senyumlah, biar ranum pipimu membakar
luka-luka hingga segala
jingga
bukankah kau mengais kata
bahwa semua pasti berjubah indah
kala yakin-doa dipegang
tapi mengapa kau bertudung hujan
atau sudah lupa?
jangan bergerimis, sayang
meski aku tak sempat bercerita tentang malam
tapi aku akan tetap bersama
walau kutahu dirimu adalah daun
yang gugur ditebas angin
aku tetap cinta pun segala membekas
di tubuh tak bermusim
singkirkan resah-gelisah, sayang
biarkan pandang menembus ke depan
meski kita tak merangkai bunga di dada kembali
yakinlah aku akan tetap hidup di langkahmu
Adi Rosadi
Galudra, 2013
bukankah secangkir kopi telah dicumbu
singkong rebus pun tersaji di imaji
senyumlah, biar ranum pipimu membakar
luka-luka hingga segala
jingga
bukankah kau mengais kata
bahwa semua pasti berjubah indah
kala yakin-doa dipegang
tapi mengapa kau bertudung hujan
atau sudah lupa?
jangan bergerimis, sayang
meski aku tak sempat bercerita tentang malam
tapi aku akan tetap bersama
walau kutahu dirimu adalah daun
yang gugur ditebas angin
aku tetap cinta pun segala membekas
di tubuh tak bermusim
singkirkan resah-gelisah, sayang
biarkan pandang menembus ke depan
meski kita tak merangkai bunga di dada kembali
yakinlah aku akan tetap hidup di langkahmu
Adi Rosadi
Galudra, 2013
Komentar
Posting Komentar