Sengon B.A.C.K Model | Ide Brilian
Program budidaya sengon yang terus digaungkan Bupati Kepahiang Drs. H. Bando Amin C Kader, MM memasuki babak baru. Setelah gencar melakukan sosialisasi dan merealisasikan penanaman sengon di Kepahiang serta telah pula mendapat dukungan Menteri Kehutanan dan tokoh masyarakat peduli lingkungan, pada Selasa (12/02) program budidaya sengon dibedah oleh akademisi Universitas Bengkulu (UNIB).
Bedah ilimiah yang menghadirkan 4 panelis pakar, yakni; bidang ekonomi yakni Dr.H. Syaiful Anwar AB, SE, SU, pakar sosial budaya, Dr. Panji Suminar, MA, pakar budidaya hutan Dr. Enggar Aprianto dan pakar hukum agraria Prof. Dr. Emilia Contesa, itu diadakan di Gedung BATIK Universitas Bengkulu dilakukan oleh Laboratorium Ilmu Komunikasi Unib, Raflesia Riset Parameter (RRP), Harian Radar Bengkkulu, dan sejumlah jurnalist dari berbagai media.
Dari hasil riset tersebut, para pakar sepakat program budidaya sengon yang di kemas dalam sistem B.A.C.K Model adalah ide brilian dan berpotensi besar menghidupkan sistem perekonomian masyarakat.
Sebagaimana dikatakan, Dr. Emilia Contesa, selama ini kecendrungan beberapa daerah pemekaran mengalami konflik bidang kehutanan dan perkebunan. Investasi sistem B.A.C.K Model adalah pola investasi yang sehat. Hak pemilik lahan dihargai, sehingga Negara dapat memproteksi terhadap hal itu. Karena, Hak Guna Usaha (HGU) diupayakan dimoratorium.
Seiring dengan itu, Pakar Sosial Budaya Unib, Dr. Panji Suminar, MA, mengemukakan sengon pada dasarnya bukan hal baru bagi masyarakat. Dimana selama ini sebagai tanaman pelindung. Namun konsep budidaya sengon yang membuat komoditas ini bernilai ekonomis tinggi adalah hal yang luar biasa.
Ia menambahkan, kalkukasi perhitungan yang dibuat dalam sistem B.A.C.K Model sangat masuk akal dan logis serta sejalan dengan riset yang pernah dilakukan mahasiswa pasca sarjana atau S2 Institut Teknologi Bogor ITB tahun 1992.
Pakar bidang kehutanan Unib, Dr. Enggar Aprianto mengamini pendapatan tersebut, menurut dia, selama ini di Bengkulu, dalam mengikuti program hutan rakyat, hal itu tidak begitu nyata. Pilihan sengon menurut Dia, merupakan jenis yang sangat tepat secara ekonomis dan fisiologis. Selain cepat dan dapat tumbuh pada lahan kritis serta asam, sengon juga dapat beradaptasi pada bisodium sehingga menyerap nitrogen. Dan tidak hanya itu, selain berbagai manfaat lain, limbah industri sengon juga dapat dimanfaatkan untuk media jamur tiram yang jelas mempunyai potensi bagus.
Secara internasional, Bank Dunia, melalui anak usahanya International Finance Corporation (IFC) sejak 2010 melakukan penelitian tentang Prospek Bisnis Sengon di Indonesia. Riset ini dilakukan karena, menurut Bank Dunia, semua negara-negara besar tujuan ekspor seperti Jepang, Eropa, China, Amerika dan Kanada membicarakan soal Sengon.
Sepanjang melakukan penelitiannya, bank Dunia menerjunkan tim ke sentra-sentra Sengon di di Indonesia, mewawancarai berbagai sumber baik perusahaan, pelaku bisnis di tingkat lokal, pengelola sawmill, sampai pemilik pabrik pengolahan kayu baik untuk produk tripleks maupun kertas.
Kesimpulannya, menurut Tata salah satu tim penilik Bank Dunia, Bisnis Sengon untuk 25 tahun ke depan mempunyai prospek yang bagus. Sikap dunia untuk mengalihkan kebutuhan kayunya ke jenis Sengon adalah keputusan realistis. Terutama karena panennya cepat hanya 5, maka kepastian jaminan pasokan lebih terjaga. Untuk itu, Bank Dunia, melalui IFC, akan ikut mengembangkan Sengon di Indonesia 100 ribu hektare dan bahkan bisa lebih.
Bedah ilimiah yang menghadirkan 4 panelis pakar, yakni; bidang ekonomi yakni Dr.H. Syaiful Anwar AB, SE, SU, pakar sosial budaya, Dr. Panji Suminar, MA, pakar budidaya hutan Dr. Enggar Aprianto dan pakar hukum agraria Prof. Dr. Emilia Contesa, itu diadakan di Gedung BATIK Universitas Bengkulu dilakukan oleh Laboratorium Ilmu Komunikasi Unib, Raflesia Riset Parameter (RRP), Harian Radar Bengkkulu, dan sejumlah jurnalist dari berbagai media.
Dari hasil riset tersebut, para pakar sepakat program budidaya sengon yang di kemas dalam sistem B.A.C.K Model adalah ide brilian dan berpotensi besar menghidupkan sistem perekonomian masyarakat.
Sebagaimana dikatakan, Dr. Emilia Contesa, selama ini kecendrungan beberapa daerah pemekaran mengalami konflik bidang kehutanan dan perkebunan. Investasi sistem B.A.C.K Model adalah pola investasi yang sehat. Hak pemilik lahan dihargai, sehingga Negara dapat memproteksi terhadap hal itu. Karena, Hak Guna Usaha (HGU) diupayakan dimoratorium.
Seiring dengan itu, Pakar Sosial Budaya Unib, Dr. Panji Suminar, MA, mengemukakan sengon pada dasarnya bukan hal baru bagi masyarakat. Dimana selama ini sebagai tanaman pelindung. Namun konsep budidaya sengon yang membuat komoditas ini bernilai ekonomis tinggi adalah hal yang luar biasa.
Ia menambahkan, kalkukasi perhitungan yang dibuat dalam sistem B.A.C.K Model sangat masuk akal dan logis serta sejalan dengan riset yang pernah dilakukan mahasiswa pasca sarjana atau S2 Institut Teknologi Bogor ITB tahun 1992.
Pakar bidang kehutanan Unib, Dr. Enggar Aprianto mengamini pendapatan tersebut, menurut dia, selama ini di Bengkulu, dalam mengikuti program hutan rakyat, hal itu tidak begitu nyata. Pilihan sengon menurut Dia, merupakan jenis yang sangat tepat secara ekonomis dan fisiologis. Selain cepat dan dapat tumbuh pada lahan kritis serta asam, sengon juga dapat beradaptasi pada bisodium sehingga menyerap nitrogen. Dan tidak hanya itu, selain berbagai manfaat lain, limbah industri sengon juga dapat dimanfaatkan untuk media jamur tiram yang jelas mempunyai potensi bagus.
Secara internasional, Bank Dunia, melalui anak usahanya International Finance Corporation (IFC) sejak 2010 melakukan penelitian tentang Prospek Bisnis Sengon di Indonesia. Riset ini dilakukan karena, menurut Bank Dunia, semua negara-negara besar tujuan ekspor seperti Jepang, Eropa, China, Amerika dan Kanada membicarakan soal Sengon.
Sepanjang melakukan penelitiannya, bank Dunia menerjunkan tim ke sentra-sentra Sengon di di Indonesia, mewawancarai berbagai sumber baik perusahaan, pelaku bisnis di tingkat lokal, pengelola sawmill, sampai pemilik pabrik pengolahan kayu baik untuk produk tripleks maupun kertas.
Kesimpulannya, menurut Tata salah satu tim penilik Bank Dunia, Bisnis Sengon untuk 25 tahun ke depan mempunyai prospek yang bagus. Sikap dunia untuk mengalihkan kebutuhan kayunya ke jenis Sengon adalah keputusan realistis. Terutama karena panennya cepat hanya 5, maka kepastian jaminan pasokan lebih terjaga. Untuk itu, Bank Dunia, melalui IFC, akan ikut mengembangkan Sengon di Indonesia 100 ribu hektare dan bahkan bisa lebih.
Komentar
Posting Komentar