PERAWAN MALAM
( Kolaborasi bersama : Kirana Noer )
Perawan malam
malam perawan
dan kita sama-sama terkesiap
oleh perawan malam di malam perawan
sang perawan melamar malam
sang malam tak menolak dilamar perawan
berujung manis rasa kelu
enggan mata terpejam
terkesiap melena waktu menyongsong hingga fajar
memburat merah di bilik peraduan
hanya semata angan timpang
menuntun kata perawan malam
mengurai mimpi menyibak pagi
lelah mata tak terlena
menggugah kalimat yang berserak.
APT, 22 Juni 2012
( Kolaborasi bersama : Kirana Noer )
Perawan malam
malam perawan
dan kita sama-sama terkesiap
oleh perawan malam di malam perawan
sang perawan melamar malam
sang malam tak menolak dilamar perawan
berujung manis rasa kelu
enggan mata terpejam
terkesiap melena waktu menyongsong hingga fajar
memburat merah di bilik peraduan
hanya semata angan timpang
menuntun kata perawan malam
mengurai mimpi menyibak pagi
lelah mata tak terlena
menggugah kalimat yang berserak.
APT, 22 Juni 2012
MENUNGGU HUJAN, I
Bocah- bocah cilik berlari dalam tarian mendung
langit tak lagi ramah - pekat
gugurkan butiran air ke muka bumi
serpihan alam bergeser
aroma kebusukan dibilas dingin cuaca
sepancong kopi saring,
dan beberapa potong tahu goreng,
setia menemani hariku
hujan kian mengental
lantas menggenang dalam benak orang-orang
pencari kebajikan
o – berapa lama kuharus berdiam
sedang lambung imajiku membuncit
kalau memang ini merupakan garis takdir
menepilah barang sejenak
biar kutadah dalam isyarat makna
dan kita harus bersepakat dalam kata
agar takzimku tetap indah dikenang.
Posko DSI Kembang Gula, 30 November 2011
MENUNGGU HUJAN, II
Bualan-bualan bersendawa
menggugah aroma iseng
memantik wajah-wajah tak berdosa
ditemani sepasang sayap mungil
serupan anomali
dan banner-banner berkias
kata-kata munafik.
Posko DSI Kembang Gula, 30 November 2011
Bocah- bocah cilik berlari dalam tarian mendung
langit tak lagi ramah - pekat
gugurkan butiran air ke muka bumi
serpihan alam bergeser
aroma kebusukan dibilas dingin cuaca
sepancong kopi saring,
dan beberapa potong tahu goreng,
setia menemani hariku
hujan kian mengental
lantas menggenang dalam benak orang-orang
pencari kebajikan
o – berapa lama kuharus berdiam
sedang lambung imajiku membuncit
kalau memang ini merupakan garis takdir
menepilah barang sejenak
biar kutadah dalam isyarat makna
dan kita harus bersepakat dalam kata
agar takzimku tetap indah dikenang.
Posko DSI Kembang Gula, 30 November 2011
MENUNGGU HUJAN, II
Bualan-bualan bersendawa
menggugah aroma iseng
memantik wajah-wajah tak berdosa
ditemani sepasang sayap mungil
serupan anomali
dan banner-banner berkias
kata-kata munafik.
Posko DSI Kembang Gula, 30 November 2011
WYAZ (Wahyudi Abdurrahman Zaenal) IBN SINENTANG lahir di kota Pontianak tanggal 24 April. Mulai menulis puisi sejak tahun 1980. Selain puisi juga menulis cerita pendek, dan artikel. Karya-karyanya pernah dimuat di beberapa media lokal, nasional, negeri jiran, dan juga media online. Antologi Puisi tunggalnya BERSAMA HUJAN (Kelompok Empat Kreatif, 2011), HIJRAH (Kelopak Poedjangge, 2012), NYANYIAN LILIN PUTIH (Shell-Jagad Tempurung, 2012). Saat ini menetap di kota Ketapang, Kalimantan Barat.
Komentar
Posting Komentar