![]() |
Gempa Bumi Merubah Air Menjadi Emas |
Sebuah model yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience dan dilansir oleh beberapa media online, menunjukkan, hubungan antara kuarsa dan emas. Model ini menyediakan mekanisme kuantitatif bagi hubungan antara emas dan kuarsa yang terlihat di banyak deposito emas dunia, kata Dion Weatherley, seorang ahli geofisika di University of Queensland di Australia dan penulis utama studi tersebut.
"Mengingat bahwa gempa bumi kecil sangat sering terjadi di sistem patahan, proses ini dapat menjadi pendorong utama bagi pembentukan deposit emas ekonomi," kata Weatherley, menurut situs web.
Air sering melumasi bagian dalam patahan tersebut, dan "jog patahan," yang merupakan celah penghubung jalur patahan utama dalam batu, menurut Nature.com. Sekitar enam kilometer di bawah bumi, air membawa emas, serta silika dan karbon dioksida.
Ketika gempa terjadi, patahan terbuka lebih luas dan air di dalam menguap di bawah tekanan dan suhu ekstrim. Uap air kemudian memaksa silika, kuarsa, dan emas keluar dari cairan, kata Weatherley.
Proses ini disebut flash deposisi, katanya, menambahkan bahwa " kuarsa dalam jumlah besar dan salah satu mineral dan logam yang terkait akan jatuh keluar dari larutan," menurut Nature.
Namun, Weatherley mengatakan jumlah emas yang disimpan selama gempa bumi relatif kecil. Dia menambahkan bahwa selama puluhan ribu tahun, deposit emas yang bisa ditambang bisa terbentuk di beberapa tempat.
"Anda bisa memiliki ribuan hingga ratusan ribu gempa bumi kecil per tahun di sistem patahan tunggal," katanya kepada Nature.
"Selama ratusan ribu tahun, anda memiliki potensi untuk mengendapkan emas dalam jumlah yang sangat besar. Bertambah sedikit demi sedikit," tambahnya.
Jamie Wilkinson, seorang ahli geokimia Imperial College London,Inggris, mengatakan kepada LiveScience.com bahwa "bagi saya, tampaknya cukup masuk akal. Ini adalah sesuatu yang orang mungkin ingin contoh baik secara eksperimental maupun secara numerik yang sedikit lebih rinci untuk melihat apakah itu benar-benar akan bekerja."
Sekitar 10 kilometer di bawah permukaaan, di bawah suhu dan tekanan yang luar biasa, air membawa konsentrasi tinggi karbon dioksida, silika, dan elemen yang menarik secara ekonomi, seperti emas.
Goncangan, Kertakan, dan Emas
Selama gempa bumi, patahan akibat pergeseran di bawah tadi tiba-tiba terbuka lebar. Persis seperti menarik tutup panci bertekanan: air dalam patahan itu langsung menguap, secara kilat menjadi uap dan memaksa silika, yang membentuk mineral kuarsa, dan emas keluar dari cairan ke permukaan di dekatnya, peneliti Weatherley dan rekan penulisnya Richard Henley dari Universitas Nasional Australia di Canberra, menunjukkan.Selama ini para ilmuwan telah lama menduga bahwa penurunan tekanan secara tiba-tiba dapat menjelaskan hubungan antara deposito emas raksasa dan patahan kuno, penelitian mengambil ide ini secara ekstrem, kata Jamie Wilkinson, ahli geokimia di Imperial College London di Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian.
"Bagi saya, tampaknya cukup masuk akal. Ini sesuatu yang orang mungkin ingin memodelkan, baik secara eksperimental maupun angka secara rinci paling tidak untuk melihat apakah itu benar-benar akan bekerja," kata Wilkinson pada OurAmazingPlanet.
Sebelumnya, para ilmuwan menduga selama gempa bumi atau perubahan tekanan di bawah permukaan tanah, cairan akan mendidih, menggelegak seperti botol soda yang dibuka. Cairan-cairan ini akan memenuhi kantong-kantong bawah tanah dengan emas. Beberapa pakar berpendapat mineral hanya akan menumpuk perlahan seiring waktu.
Weatherley mengatakan jumlah emas yang tertinggal setelah gempa bumi kecil. Pasalnya, cairan bawah tanah membawa paling banyak hanya satu bagian per juta dari elemen berharga. Tapi, sebuah zona gempa seperti Patahan Alpine di Selandia Baru, salah satu yang tercepat di dunia, bisa membangun deposit yang bisa ditambang dalam 100.000 tahun, kata dia.
Anehnya, mineral kuarsa bahkan tidak punya waktu untuk mengkristal, penelitian menunjukkan. Sebaliknya, mineral ini keluar dari cairan dalam bentuk nanopartikel, bahkan mungkin membuat zat seperti gel di dinding fraktur. Nanopartikel kuarsa kemudian mengkristal dari waktu ke waktu.
Bahkan gempa bumi berkekuatan lebih kecil dari 4,0 skala Richter, yang mungkin bikin gugup, tapi tetapi jarang menyebabkan kerusakan, dapat memicu penguapan kilat, studi ini menemukan.
"Mengingat bahwa kecil-besarnya gempa bumi sangat sering terjadi di sistem patahan, proses ini dapat menjadi pendorong utama bagi pembentukan deposit ekonomis emas," kata Weatherley pada OurAmazingPlanet.
Bukit-Bukit Memiliki Emas
Kuarsa yang terkait emas telah menjadi sumber beberapa deposito terkenal, seperti endapan (placer) emas yang memicu orang-orang bergegas untuk berburu emas ke California dan Klondike pada abad abad ke-19. Kedua deposito emas ini telah terkikis dari hulu urat kuarsa. Placer emas terdiri dari partikel, serpihan, dan bongkahan yang dicampur dengan pasir dan kerikil yang mengalasi aliran air dan sungai-sungai. Para penambang menelusuri kerikil-kerikil itu ke sumbernya dan hingga kini, diteruskan oleh pertambangan yang membelah batuan keras untuk mendapatkan emas.Tapi, gempa bumi bukanlah satu-satunya bencana yang menjadi sumber emas. Gunung berapi dan kawah yang masih aktif tak cuma menyemburkan lahar untuk menyuburkan lahan, tapi sedikitnya untuk menghasilkan logam mulia. Sementara Weatherley dan Henley menunjukkan bahwa proses yang sama dapat terjadi di bawah gunung berapi, Wilkinson, yang mempelajari gunung berapi yang terkait emas, mengatakan itu tidak terjadi.
"Di bawah gunung berapi, sebagian besar emas tidak diendapkan dalam patahan yang aktif selama gempa bumi," kata Wilkinson. "Ini adalah mekanisme yang sangat berbeda."
Memahami bagaimana emas terbentuk membantu perusahaan-perusahaan membuat prospek untuk tambang baru. "Pengetahuan baru tentang mekanisme pembentukan deposit dapat membantu upaya eksplorasi emas di masa depan," kata Weatherley.
Dalam pencarian mereka untuk emas, manusia telah menarik lebih dari 188.000 ton (171.000 metrik ton) logam dari bawah tanah, upaya yang menguras tenaga dari sumber-sumber yang mudah diakses, menurut kelompok industri World Gold Council.
Bengkulu Rawan Gempa = Banyak Emas
Provinsi Bengkulu dan sekitarnya merupakan daerah yang disebut-sebut wilayah rawan gempa. Mungkin ini pula salah satu alasan kenapa Lebong, salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Bengkulu juga dikenal sebagai salah penghasil emas di zamannya. Bahkan, harus diakui, berkilo-kilo gram emas yang berada di puncak Monumen Nasional (Monas) bersumber dari daerah tersebut.
Urat-urat emas yang berada dibawah permukaan tanah dan menjadi titik dambaan para penambang emas bisa jadi merupakan patahan akibat gempa tersebut. Jika memang benar, maka apa yang dikatakan banyak orang bijak “dibalik musibah pasti ada hikmahnya” adalah benar.
Tapi jujur, sebagai orang Bengkulu yang tinggal di Bengkulu, dimana sering kedatangan tamu tak di undang (gempa) itu, mungkin lebih baik memilih goncangan-goncangan itu tidak pernah datang. Walau harus tidak ada kemunculan emas lagi di daerah kami.
Sumber :
- LiveScience
- science.lintas.me
- erabaru.ne
Komentar
Posting Komentar