ilustrasi santet: deninova-27@deviantart |
Tapi jika dilihat dari segi sains-nya (bukan membahas mistik).
Perkembangan penelitian Quantum
Teleportation selama lima tahun terakhir membuat banyak ilmuwan makin
percaya bahwa teknologi teleport seperti dalam film Star Trek dapat diwujudkan.
Tahun 2007, para ilmuwan baru bisa mengkondisikan material
di satu tempat dengan material di tempat lain. Tahun 2011, para ilmuwan telah
berhasil mengirimkan partikel photon hingga mencapai jarak 89 mil. Belakangan
ini, dapat dikatakan, negara-negara maju tengah bersaing untuk menjadi negara
pertama yang menemukan teknologi teleport.
Untuk sementara saat ini, China yang memimpin persaingan.
Sebenarnya, Amerika telah lebih unggul dalam mengkondisikan material agar bisa
di-teleport. Hal ini dibuktikan dengan pengkondisian materi bola emas yang bisa
mengambang di atas meja kaca. Namun sayangnya, penelitian Quantum Teleport di
Amerika dihentikan pendanaannya pada tahun 2008.
Hanya saja, peneliti negara maju cuma bisa memindahkan
partikel photon, sedangkan dukun santet di Indonesia sudah mampu memindahkan
jarum, paku, beling, lipan, kecoak dan lain-lain ke dalam tubuh manusia. Mana
yang lebih canggih coba?
Pihak Amerika yang berhasil mengkondisikan bola emas
bukanlah institusi yang murni bergerak dalam bidang fisika kuantum, melainkan
National Institute of Health! Health? Kesehatan? Yeps! Penelitian kesehatan
sudah mencapai tahap fisika kuantum sehingga ada usaha melakukan penyembuhan
melalui gelombang elektromagnetik. Dan perlu kita tahu bahwa fenomena santet
bisa kita saksikan di Museum Kesehatan di Surabaya. Sama-sama masuk ke
kesehatan, bukan.?
Dalam Museum Kesehatan di Surabaya, ditayangkan foto-foto
proses santet dalam acara Seminar Budaya
Tabloid POSMO Tahun 2002 yang bertajuk Membedah Santet dan Pengobatan
Supranatural. Ditunjukkan bagaimana beberapa jarum tiba-tiba berubah menjadi
cahaya dan masuk ke dalam tubuh ayam. Setelah ayamnya disembelih, jarum-jarum
itu tertancap di jantung dan ulu hatinya.
Penggambaran sederhana tentang santet adalah mengubah jarum
menjadi gelombang kemudian mengirimkannya masuk ke dalam tubuh korban. Gambaran
sederhana ini tidak bertentangan dengan fisika kuantum karena setiap materi
memang memiliki dualisme, sebagai gelombang maupun sebagai partikel.
Dualisme gelombang dan partikel memungkinkan terjadinya
fenomena lipatan ruang dan waktu. Hal ini karena gelombang dapat merambat
dengan kecepatan cahaya, dan kita tahu bahwa kecepatan cahaya adalah kecepatan
mutlak dan tak ada yang bisa lebih cepat lagi. Dengan kata lain, kecepatan
cahaya adalah ujung dimensi ruang-waktu tempat kita berada sekarang.
Sulit juga menjelaskannya karena Fisika Kuantum sangat jauh
berbeda dengan Fisika Klasik Newtonian. Karena sebagian besar penduduk dunia masih
berpikir menggunakan filosofi Newtonian, maka cara terbaik menjelaskan fenomena
kuantum adalah dengan analogi Newtonian. Meskipun penjelasan analogis kadang
menyesatkan karena tidak memuat seluruh aspek, namun analogi adalah cara yang
terbaik.
Sebelum beranjak lebih jauh, kita lihat fenomena Sonic Boom
atau terbentuknya kerucut kabut pada saat pesawat menembus kecepatan suara,
seperti gambar di bawah ini:
Sonic Boom |
Kabut tersebut terbentuk karena gelombang suara yang menyatu
mengakibatkan udara di sekitar pesawat mengalami kondensasi. Dengan kata lain,
kita bisa mengubah udara menjadi kabut
dengan memodifikasi gelombang suara. Nah, jika menggunakan gelombang suara yang
primitif aja bisa mengubah udara jadi kabut, apa yang bisa kita lakukan dengan
gelombang elektromagnet yang bisa mencapai ujung dimensi?
Interaksi gelombang elektromagnetik banyak dibahas dalam
Quantum Entanglement. Tahu apa itu Quantum Entanglement? Kalo engga tau juga gak
masalah, karena memang tidak ada yang tahu. Para peneliti independen fisika
kuantum sejak 2000 juga tidak benar-benar tahu. Kalau ada yang tahu, tentulah
namanya bukan entanglement atau bahasa Indonesianya berbelit-belit.
Contoh kasus quantum entanglement adalah ketika seekor anak
anjing dipisah dari induknya dalam jarak ratusan mil. Si anak anjing
ditakut-takuti sehingga denyut jantung anak anjing berdetak makin cepat. Sang
induk anjing yang tidak di apa-apa kan tiba-tiba denyut jantungnya sama seperti
denyut jantung si anak anjing. Nah, kira-kira apa yang menyebabkan denyut
jantung induk anjing sama seperti anaknya? Tidak pernah ada penjelasan yang
memuaskan, makanya disebut entanglement alias berbelit-belit!
Penjelasan yang paling diterima dalam kasus anjing di atas
adalah adanya gelombang elektromagnetik yang diberi nama non-local signal.
Riset lebih lanjut menunjukkan bahwa non-local signal tidak hanya terjadi pada
makhluk hidup, tapi juga terjadi pada batu permata. Jika manusia maupun benda
mati sama-sama memiliki non-local signal, maka tidak tertutup kemungkinan
manusia bisa mensinkronkan sinyal tersebut untuk melakukan santet.
Sayangnya, fenomena santet tak jauh beda dengan fenomena
kekayaan seni budaya dan kekayaan alam di Indonesia. Diabaikan dan dibiarkan
diolah oleh asing. Sampai kapan kita menjadi bangsa munafik yang mengingkari
kelebihan dan kekurangan bangsa kita sendiri, dan terus menerus bercermin
mematut-matutkan diri dengan budaya asing?
Mari kita bangga, ternyata dukun santet di indonesia jauh
lebih hebat dari para ilmuan-ilmuan luar, baik di amerika maupun eropa. Sekarang
bagaimana kita bisa memanfaatkan santet tersebut untuk hal yang bermanfaat, misalnya,
menghilangkan kanker atau tumor dalam tubuh,.. kalau bisa dikelola dengan baik
pasti indonesia bisa sangat maju. Dan, negara luar akan belajar santet ke
indonesia..!
Sumber : http://munsypedia.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar